Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April 27, 2017

Anggota Panel dan Simpatisan PDP di Wamena Diculik Aparat KepolisianTermasuk AMELIA JIGIBALOM SEKRETARIS PERSIDUM PAPUA

Elsham News Service Elsham_News_Service.jpg ... Elsham News Service, 22 Desember 2003 Anggota Panel dan Simpatisan PDP di Wamena Diculik Aparat Kepolisian Jayapura, ENS,- Relawan Message 1 of 1 , Dec 21, 2003 Elsham News Service, 22 Desember 2003 Anggota Panel dan Simpatisan PDP di Wamena Diculik Aparat Kepolisian Jayapura, ENS,- Relawan ELSHAM Papua di Wamena melaporkan bahwa pada  Minggu 21 Desember 2003 Pukul 12.24 WIT, Pdt. Obeth Komba, Pdt. Yudas Meage, Marjiono Murip, Sudirman Kogoya, Yohakim Huby, Timanus Kogoya, Joel Wenda, Hari Kosay, Edi Mariam, Frans Huby, Agus Sorabut, Amelia yigibalom dan Izak Wenda, yang ditahan oleh pihak Kejaksaan Negeri Wamena pada (11/12), dijemput oleh aparat kepolisian Polres Wamena dari Lembaga Pemasyarakatan.  Dengan alasan bahwa  atas perintah Mahkamah Agung akan dipindahkan dari LP Wamena ke tempat penahanan di Jakarta selama empat hari dengan tujuan yang t

[INDONEWS] Fw: Ant: BENDERA PAPUA BINTANG KEJORA DI JAYAWIJAYA DITURUNKAN

INDONews Editors Sun, 15 Oct 2000 19:39:57 -0700 ---------------------------------------------------------- --- Antara, Friday, October 13, 2000/9:21:08 AM BENDERA PAPUA BINTANG KEJORA DI JAYAWIJAYA DITURUNKAN Wamena, 13/10 (ANTARA) - Masyarakat di Kabupaten Jayawijaya mulai menurunkan bendera Papua, "Bintang Kejora" yang dikibarkan Satgas Papua di seluruh wilayah Polres Jayawijaya sejak Desember 1999 lalu. Kapolres Jayawijaya Superintendent D Suripatty kepada ANTARA Jumat pagi mengakui, dari laporan yang diperoleh terungkap sejak terjadinya insiden berdarah tanggal 6 Oktober 2000 bendera tersebut mulai diturunkan dan saat ini telah menghilang dari pandangan sehari-hari di beberapa kecamatan. Ia menjelaskan, di wilayah hukum Polres Jayawijaya ada 12 Polsek dan menurut laporan dari 12 Polsek ini mulai hari Jumat Bintang Kejora yang dikibarkan Satgas Papua di ibukota kecamatan maupun desa-desa sudah diturunkan. Walaupun demikian pihak kepolisian masih menunggu la

Masyarakat Papua Sangat Antusias Dalam Merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-71

Posted on August 7, 2016 by Papua Voice HUT RI adalah Kemerdekaan Masyarakat Papua Juga PapuaVoice.Com. Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-71 di wilayah Papua tahun ini mendapatkan dukungan dan apresiasi yang sangat bagus, baik dari pemerintah daerah maupun dari masyarakat Papua khususnya. Hal ini terlihat dari berbagai kegiatan lomba-lomba yang diadakan, terlihat antusias masyarakat Papua untuk mengikutinya. Pada awal bulan Agustus telah beredar himbauan dari elemen yang ingin lepas dari negara RI mengajak masyarakat Papua dimanapun berada untuk tidak berpartisipasi dalam upacara dan perayaan HUT RI ke-71. Namun seiring berjalannya waktu masyarakat Papua semakin dewasa, lebih mengerti mana sejarah yang baik dan mana yang syarat kepentingan dan hanya membuat masyarakat Papua semakin terpuruk. Antusiasme masyarakat Papua dalam merayakan HUT RI ke-71 menunjukan bahwa ajakan penolakan untuk mengikuti dan memeriahkan HUT RI ke-71 terjawab. Sebelumnya aktivis Papua

154 Anggota OPM Nyatakan Kembali Ke Pangkuan NKRI

Posted on March 23, 2017 by Papua Voic 154 Anggota OPM Nyatakan Kembali Ke Pangkuan NKRI PapuaVoice.Com. Sebanyak 154 orang simpatisan Gerakan Separatis Papua Bersenjata (GSPB) menyatakan diri untuk kembali kepangkuan NKRI. Utaringgen Telenggen dan kawan-kawan adalah simpatisan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Pok Sinak-Yambi, Kabupaten Puncak, Papua.  Rabu (15/3) jam 14.30 WIT Utaringgen Telenggen didampingi oleh Pdt Zakarias Tabuni di Makoramil 1714-04/Sinak meminta jaminan keamanan dari aparat terkait dengan rencana menyerahkan diri kembali ke pangkuan NKRI. Kemudian,hari Senin nya (20/3) jam 13.15 WIT di Kampung Sinak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, bertepatan dengan acara peresmian Kantor Kas BPD, Utaringgen Telenggen menyampaikan aspirasinya di hadapan Bupati Puncak, Wilem Wandik, Asisten I, Asisten III, Anggota DPRD Dapil Sinak, Para Pimpinan SKPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Agama. Dengan didampingi Danramil 1714-04/ Sinak, Lettu Inf Yu

Stabilatas di Papua Berubah Pasca Pendeklarasian Irian Jaya Barat

Harian Papua Post, 16 Desember 2003 Stabilatas di Papua Berubah Pasca Pendeklarasian Irian Jaya Barat Jayapura, Papua Post,- Kondisi keamanan Provinsi Papua belakangan ini menunjukan stabilitas politik, setelah diberlakukannya Otonomi Khusus sesuai UU Nomor 21 Tahun 2001. Namun kondisi ini berubah seiring digulirnya pemekaran Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah yang didasarkan pada Inpres No 1 Tahun 2003 yang mengakibatkan timbulnya perbedaan pandangan (pro-kontra) di masyarakat Papua. Bahkan akibat bentrok sesama orang Papua hingga menelan korban jiwa. Menyikapi hal itu DPRD Papua mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum secara terbuka, berlangsung dua hari, bertepat di Gor Cenderawasih Jayapura. Maksud penyelenggaraan meminta masukan pemikiran secara umum dari masyarakat Papua tentang kebijakan pemerintah pusat tersebut. Ketua DPRD Provinsi Papua, Drs. John Ibo, MM pada acara Rapat Dengar Pendapat Umum, Senin (15/12) kemarin mengatakan, rapat dengar pendapat

Criminalising politics in West Papua

6 Jul 2001 ELSHAM Papua & TAPOL Murdjono Murib, Yafet Yelemaken, Amelia Yigibalom, Rev Yudas Meage, Rev. Obed Komba, Agus Sorabut, Hendrik Sieb, Edi Marian, Herry Kosay, Frans Huby, Isak Wenda, Atinus Wenda, Les Wenda, Timanus Kogoya, Yules Wenda, Teri Wenda, Elius Wenda, Yohakim Hubi, Jekson Itlay, Yoel Wenda, Pilius Wenda, Sudirman Pagawak The 22 West Papuans named above have been in detention in Wamena, Jayawijaya district, since October and December 2000. All the 22 were arrested during and following a series of highly provocative operations by the Indonesian police in and around the town of Wamena, which began when police pulled down a number of West Papuan flags and brutally assaulted the flag-raisers. They were all brutally beaten and tortured during their arrests, under interrogation and in their prison cells. They were sentenced to various terms of imprisonment in blatantly unfair trials in January and February this year and held in Wamena P

Kerap Diancam OPM, Bupati Lanny Jaya Akui Pernah Beri Uang

Massa OPM (Antara)

MERAH PUTIH DAN PAPUA

Merah Putih dan Papua PapuaVoice.Com. Ketika minggu ini banyak diangkat berita tentang kerusuhan di asrama mahasiswa Papua, rasa nasionalismeku sempat terusik. Apa benar keinginan mereka untuk segera referendum itu mewakili mayoritas warga papua? Namun pagi ini semua pertanyaan itu terjawab, Jam 7 pagi tadi dengan menaiki sepeda motor teman, aku mencari ATM BCA yang kebetulan jaraknya lumayan jauh. Ketika sampai di depan SMKN 1 Sorong, tiba tiba semua arus lalu lintas dihentikan. Dari semua arah. Menyisakan jalanan kosong di depan SMK N 1 Sorong. Dalam hati bertanya, ada apakah gerangan? Tidak ada lampu merah, tidak ada kecelakaan, bahkan tidak ada orang yang menyeberang. Anehnya, walaupun kendaraan jadi padat mengantri di belakang, tidak terdengar sedikitpun suara klakson yang memekakan telinga. Semua terlihat kalem. Bertambahlah rasa bingungku. Penasaran, aku edarkan pandangan ke sekeliling dan ke halaman SMK N 1 Sorong. Saat itu sedang prosesi pengibaran bender

Kelompok KNPB Mabuk-mabukan dan Main Wanita (PSK) di Hotel Classic Jakarta Pusat

Kelompok KNPB Mabuk-mabukan dan Main Wanita di Hotel Classic Jakarta Pusat. PapuaVoice.com. “Silahkan kalian main ke daerah hiburan malam di Jakarta, hampir semua Orang Asli Papua (OAP) yang datang ke Jakarta akan gampang ditemui di tempat-tempat hiburan malam, bukan hanya yang berada di Jakarta namun juga yang berada di kota Manado dan kota-kota besar di Indonesia. Bukti nyata adalah saat kami sekelompok Mahasiswa yang tergabung dalam AMP Jakarta diajak oleh tamu dari Papua, mereka adalah utusan KNPB wilayah Biak dan Sentani, bukannya diskusi untuk masa depan Papua yang lebih baik tetapi mereka justru meminta uang kepada kami para Mahasiswa yang digunakan untuk mabuk-mabukan dan main PSK di Hotel Classic pada Sabtu malam (15/10) kemarin”. Informasi yang mengejutkan justru datang dari beberapa Mahasiswa Asli Papua yang sedang melaksanakan pendidikan di Jakarta. Salah satunya adalah Frisco Walilo, mengatakan bahwa telah datang perwakilan OAP yang mengatasnamakan Pen