Langsung ke konten utama

Otsus Plus, 95 Persen Kemerdekaan Warga Papua

Gubernur Papua (tengah) menandatangani draft otsus plus didampingi ketua DPR Papua dan Papua Barat dan Ketua MRP dan MRPB dalam sidang paripurna DPRP, Senin (20/1/2014) tengah malam.(Alfian Kartono)
JAYAPURA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Papua Barat Jimmy Demianus Ijie menilai, usulan draf Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Otonomi Khusus di Papua sama dengan 95 persen kemerdekaan warga Papua.
Menurut Ijie, draf otonomi khusus (otsus) plus yang akan diajukan untuk merevisi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus di Provinsi Papua relatif komprehensif.
“Seluruh aspek yang selama ini dinilai mengganjal pemberlakuan undang-undang otsus sudah kita atasi dalam draf otsus plus,” ungkap Ijie, salah seorang tim pembahas draf otsus plus mewakili DPR Provinsi Papua Barat.
Dijelaskan Ijie, hampir seluruh kewenangan diatur dalam otsus plus. “Bidang kehutanan, perdagangan, perindustrian, pertanahan. TNI-Polri pun kita atur dalam undang-undang ini, terutama kewajiban dari kedua institusi ini untuk mempersiapkan calon-calon perwira TNI-Polri dari bumiputera Papua,” ungkap Ijie saat ditemui, Selasa (21/1/2014) kemarin.
Selain itu, dalam otsus plus juga meminta kewenangan terbatas untuk menjalin hubungan kerjasama luar negeri. “Membangun hubungan kerjasama dengan negara-negara serumpun kami Melanesia dalam Melanesia Spreadheat Group (MSG), khususnya dengan negara-negara Pasifik. Bahkan dengan negara-negara lain yang berpotensi untuk menjalin kerja sama investasi,” kata Ijie.
Pengaturan anggaran otonomi khusus dari pemerintah pusat, menurut Ijie, juga dijabarkan dalam draf otsus plus. “Contohnya alokasi 15 persen untuk anggaran kesehatan, kita breakdown alokasinya untuk apa saja. Berbeda dengan sebelumnya hanya menyebut alokasi kesehatan saja,” kata Ijie.
Menurut Ijie, draf otsus plus yang sudah ditetapkan pada sidang paripurna DPRP pada Senin (20/1/2014) kemarin, sudah mendekati konstitusi sebuah negara. “Yang kami minta adalah hak menentukan nasib dalam bangsa berdaulat yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena kami sadar, tak ada celah sedikit pun untuk lepas dari NKRI,” jelas Ijie.
Namun, Ijie mengaku agak terganggu dengan klausul sisipan yang menjadi sebuah pasal dalam draf tersebut, yakni ancaman referendum untuk menentukan nasib sendiri, jika undang-undang tersebut tidak dilaksanakan.
Ia khawatir, jika pasal sisipan tersebut masih terus dipertahankan, akan menimbulkan penolakan dari pemerintah pusat.
“Pasal itu yang paling pertama dibumihanguskan. Jangan sampai pemerintah pusat alergi dengan pasal-pasal yang mengancam kedaulatan negara,” terang Ijie yang menjadi bagian tim yang berangkat ke Jakarta untuk menyerahkan draf revisi undang-undang otonomi khusus Papua kepada Presiden dan DPR RI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASYARAKAT LANNY JAYA PAPUA SUKU DANI LANI

FHOTO SUKU DANI AND LANI LEMBAH BALIEM PAPUA LANNY JAYA

Bukti Cinta Masyarakat Lanny jaya Papua Pada Indonesia

PIMPINAN AKSI DETIUS YOMAN Siapa bilang Papua ingin merdeka?? Siapa bilang masyarakat Papua ingin berpisah dari NKRI?? Ini hanyalah kebohongan publik yang sering diungkapkan oleh Tokoh OPM Benny Wenda, tidak hanya di Papua saja akan tetapi sampai ke luar negeri. Semakin gencarnya provokasi di wilayah Papua oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB), semakin kuat juga perlawanan masyarakat Papua di berbagai wilayah untuk menentang organisasi terlarang tersebut.   

Farhat Abbas: Habisi Orang Papua dan Kirim Orang Jawa ke Papua

An Nackmo Jr.   Rabu, Mei 18, 2016     106 Farhat Abbas - foto google Jakarta,  Pace Papushare -  Heboh! lagi-lagi Pace Farhat Abbas yang dikenal suka kontroversial dimedia sosial maupun di media lainnya, kali ini dihebohkan dengan warga Papua dimedia sosial Facebook akun yang bernama Farhat Abbas  dalam statusnya. (17/05/2016) Sama hal seperti di Tahun 2015, pelantun Sakitnya Tuh Disini, seorang Cita Citata pernah heboh karena melecehkan orang Papua, bahwa dirinya lebih cantik dari Pada orang Papua  (cantik kan, nggak seperti orang Papua)  katanya ketika dia mengenakan busana etnik Papua, mala menghina orang Papua sebelum acara manggung live di TV. (15/02/2015) Status Farhat Abbas Dalam akun Facebok Farhat Abbas tersebut menyatakan dalam statusnya  " Sewaktu indonesia merdeka memang papua tidak ikut..belakangan baru direbut indonesia dari belanda..jadi wajar kalau papua ingin berpisah dari indonesia..tapi jangan sampai itu ...