JAYAPURA
[PAPOS] – Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH dengan tegas menolak
keberadaan organisasi kemasyarakatan (ormas) intoleran ataupun radikal
ada di Tanah Papua.
Selaku
Gubernur Papua, Enembe menegaskan kembali menolak keberadaan kelompok
organisasi radikal Hizbut Tahrir Indonesia (HKI) dan Front Pembela Islam (FPI) di Tanah Papua.
“Siapapun
yang masuk ke Papua kita tolak. Apalagi ormas yang radikal seperti HTI
dan FPI,”tegas Gubernur Enembe dengan nada keras dihadapan jajaran
Forkopimda dan para tokoh agama, tokoh adat serta tokoh masyarakat yang
hadir dalam acara ramah tamah di kediaman Pdt. Lipiyus Biniluk, S.Th,
Sabtu (6/5/2017).
Dikatakan
Gubernur, saat ini perkembangan menyangkut isu SARA sangat luar biasa
terjadi di Indonesia. Misalnya saja Pilkada DKI Jakarta sehingga
pihaknya selaku Gubernur Papua berharap hal itu tidak terjadi di Papua.
“Kami
di Papua sangat menjaga NKRI secara utuh dan damai. Kita tidak
terpengaruh dengan isu-isu yang bisa merongrong NKRI sebab sejak dahulu
kami sudah menjaga kedamaian, kerukunan antar suku dan agama. Oleh sebab
itu, kita harus sepakat untuk menjaga keutuhan negara ini dan dimulai
dari Papua,”terangnya.
Terkait
masalah tersebut, Gubernur meminta kepada Forum Komunikasi Umat
Beragama ( FKUB) di Papua bersama pemerintah daerah dan jajaran pihak
keamanan baik TNI maupun Polri termasuk tokoh adat dan masyarakat untuk
dapat duduk bersama mendiskusikan terkait masalah ini.
“Saya
sudah bertemu dengan pemuda Tanah Tabi. Saya meminta mereka untuk
membantu pemerintah menjaga Tanah Papua dari kelompok-kelompok radikal.
Apalagi, kita di Papua ini ada kelompok TPN/OPM dan pro NKRI sehingga
kalau ada kelompok radikal ini lagi nantinya akan berbahaya. Masyarakat
yang bisa menjadi korban,”imbuhnya.
Kesempatan
itu juga, Gubernur meminta kepada pimpinan Nahdlatul Ulama (NU), Tony
Wanggai untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak keamanan
untuk menjaga Papua dari kelompok-kelompok radikal tersebut.
Senada
dengan itu, Ketua FKUB Papua, Pdt. Lipiyus Biniluk, S.Th mengungkapkan,
didalam membuka lembaran baru di Papua kemudian masuknya kelompok
radikal Islam patut diwaspadai oleh semua pihak.
Ia
juga menegaskan supaya tidak boleh ada yang merasa hebat dengan
agamanya diatas tanah Papua, sebab yang terhebat hanyalah Tuhan dan
semua yang percaya dengan agamanya masing masing harus hidup rukun dan
damai di tanah ini.
“Didalam
Kristen mari kita lanjutkan perjuangan Kristus. Agama yang lain juga
begitu namun yang harus diingat jangan saling mengganggu,”terang Biniluk
mengingatkan.
Menurutnya,
selaku Ketua FKUB maka ia berharap pemerintah daerah dan jajaran TNI
Polri dapat memberikan sedikit solusi agar masyarakat bisa melihat,
Sebab menangani persoalan ini dibutuhkan ketegasan sehingga tidak
berkembang lebih jauh.
“Kami
juga berdoa supaya Pemerintah Indonesia dalam menghadapi radikalisme
ditangani secara profesional dan baik supaya tidak ada konflik dalam
proses penanganannya. Termasuk di Papua, mari kita tangani mereka yang
radikal dengan profesional dan dengan kasih supaya tidak ada konflik.
Kerjasama dengan para pemuka agama, adat juga tokoh masyarakat juga
penting, semua harus bersatu mencari solusi dari persoalan
ini,”tukasnya.
Ia
menilai bahwa peran tokoh agama dan adat juga masyarakat sangat penting
sebab merekalah yang paling dekat dengan masyarakat. Contohnya saja,
tokoh agama bisa menyampaikan pesan kenabian dalam mimbar dan data yang
lengkap maka umat pasti akan mendengarkan.
Sebab
jika masyarakat mendengarkan secara setengah-setengah isu yang beredar
maka peluang terjadi konflik akan cukup besar. Ini tentunya tidak boleh
terjadi di Papua.
“Saya
harapkan pemerintah bisa melihat peranan kedua lembaga ini tentang
bagaimana mereka bisa membangun komunikasi aktif yang selama. Ini saya
lihat tidak berjalan baik. Harapan saya pemerintah pusat ada program
khusus untuk kerjasama lebih dekat dengan FKUB dalam usulan saya ke
Wakil Presiden untuk masuk program khusus Prolegnas bisa diprogramkan
secara resmi sehingga mereka kerja fokus,”katanya.
Sementara
itu, Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafly Amar menjelaskan, selaku aparat
penegak hukum tentunya mempunyai visi untuk menjadikan Papua yang
sejahtera, aman dan tertib.
Tentunya
pendekatan tugas kepolisian yang dikedepankan bukan lagi yang sifatnya
menjadi momok masyarakat namun pro aktif melalui gerakan adik-kakak yang
artinya gerakan Aman, Damai, Indonesia Kuat. Dimana kerukunan adalah
kunci utamanya.
“Kami ingin bersama seluruh tokoh masyarakat, agama, adat kita bangun kerukunan di tanah Papua,”imbuhnya lagi.
“Kami
juga ingin masyarakat Papua menjadi bahagia aman dengan pendekatan
humanis yang kami lakukan, pendekatan agama, menjalin persahabatan
dengan seluruh stakeholder. Oleh karenanya, saya selalu menekankan
kepada staf dan jajaran untuk selalu berpikir positi
terhadap masyarakat Papua. Kita harus mengajak semua pihak untuk mewujudkan masyarakat yang aman damai dan tertib,”sambungnya.
Sekedar
diketahui, dalam acara ramah tamah ini ditutup dengan acara doa bersama
bagi para pemimpin di tanah Papua dalam hal ini Gubernur Lukas Enembe,
Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafly Amar dan pihak TNI dalam hal ini
dihadiri oleh Wakasad TNI, Mayjen TNI Hinsa Siburian yang sebelumnya
menjabat Pangdam XVII/Cenderawasih. (ptc)
Komentar
Posting Komentar